Pertemuan antara Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dengan para undangan pada hari Senin, 5 Februari 2018 bertempat di Keraton Kilen ini adalah untuk memfasilitasi apa saja yang dibutuhkan bagi penderita kanker saat sedang menjalani pengobatan. YKI juga mengadakan pemeriksaan lebih awal bagi masyarakat, melihat setiap tahun penderita kanker bertambah jumlahnya. Usaha-usaha YKI ini adalah sebagai bentuk kemanusiaan. Walaupun relawan di Yogyakarta semakin marak, namun tetap perlu pengetahuan untuk pendampingan terhadap pasien kanker. Lalu juga sangat diperlukan bantuan untuk menyebarluaskan tempat singgah agar pasien-pasien yang belum mendapat fasilitas dapat terakomodasi.
Terdapat beberapa pihak yang berkontribusi pada pembangunan rumah singgah pasien kanker. Bapak Sukeno (dari JCM dan UD Muncul) akan memberi bantuan dana untuk pembangunan dan dana operasional selama 2 tahun. Lalu ada Bapak Fathoni (dari Neo Hotel). Ibu Yani Sapto Hudoyo (Seniman) yang akan melelang lukisan, dan hasil lelang disumbangkan untuk pembangunan rumah singgah. Kegiatan ini akan dikoordinasikan bersama Bapak Budi (dari Palang Merah Indonesia/PMI) terkait pelaksanaan lelang lukisan. Bapak Budi juga akan menyempurnakan proposal pendanaan dan akan mengajak relasinya untuk berpartisipasi. Lalu ada dr. Andreasta Meliala (dari FK UGM) bersama tim FK UGM akan membantu Bapak Wim (Arsitek dan kontraktor tempat singgah) dalam evaluasi pasca huni; siap membantu renstra bangunan (grand design) 10 – 15 tahun ke depan. Sehingga apabila ada pergantian pengurus tetap bisa mengacu pada grand design tersebut; serta membantu penyusunan proposal pendanaan bersama Bapak Budi.
Setelah itu, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas juga menyampaikan beberapa hal terkait rumah singgah tersebut. Beliau menyampaikan bahwa nama di setiap ruangan/kamar rumah singgah diharapkan memakai nama para kontributor dana; tidak hanya fokus pada pembangunan saja, tetapi maintenance juga karena cukup berat; diharapkan warga luar Yogyakarta yang sedang berwisata juga bisa menginap di rumah singgah dengan dikenai biaya yang sangat terjangkau; perlu dipikirkan berapa menit tercapainya ke pesawat telpon (pertimbangan emergency) karena akses telepon hanya satu dan berada di luar; perlunya kamar isolasi bagi pasien yang kritis. Kamar isolasi diharapkan dekat dengan ruang dokter; perlunya edukasi bagi paramedis supaya lebih ‘manusiawi’ terhadap pasien; dan perlunya psikolog untuk bisa mendidik para pendamping/relawan agar dapat memberi ‘sentuhan’ psikologis yang benar kepada penderita kanker.
Lalu pembahasan yang terakhir adalah ground-breaking rumah singgah direncanakan pada bulan April 2018. Pada pertemuan yang berlangsung dari pukul 10.30 sampai 12.00 WIB ini juga turut menghadirkan pihak-pihak dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu Ibu Sunarsih, Ibu KRAy Anglingkusumo, Ibu Dyah Suminar Zudianto, Ibu Toeti Loekman, Ibu Yazintha Ettie, Ibu Retno Iskandar, Ibu Endang, Bapak E. Widiyanto dan juga hadir Niniek Kasim (Public Relation) dan Yulia Arisandi (Sekretariat) dari pihak Konser Amal Life, Passion and Music. Pembangunan rumah Singgah ini juga membutuhkan dana Rp 5,2 M. Harapannya melalui konser amal Life, Passion and Music bisa membantu meringankan biaya serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membantu dan memberi dukungan secara moral maupun material sesuai dengan visi YKI sendiri (www.cancerindojogja.net).